![]() |
Gunung Lokon, sweet escape ©JelajahSuwanto |
“Saya pernah mendaki ke
sana, sekitar 1.5 jam saja,” Om Fariz Azhar, sahabat Pak Suami berceloteh.
“Oh ya? Kalau begitu,
bisa dong kita escape pagi-pagi
sekali, berburu sunrise langsung
turun lagi?” Pak Suami merespon cepat.
“Bisa aja kalau mau. Tapi
kita kudu start jam 2 pagi supaya pas
acara pertama udah di sini lagi.”
Demikianlah, tanpa banyak perencanaan mendaki Gunung Lokon tiba-tiba saja disepakati.
![]() |
Jalur pendakian Gunung Lokon, Sungai Pasapahen,sungai kering bekas aliran lahar dingin ©JelajahSuwanto |
Sweet Escape Mendaki Gunung Lokon
![]() |
Cekeran bisa membantu memantapkan pijakan kaki di jalur licin pendakian Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
![]() |
Menyusuri Sungai Pasapahen Jalur pendakian Gunung Lokon licin berbatu-batu ©JelajahSuwanto |
Ternyata janji Pk.02.00 WITA adalah hil yang mustahal bagi peserta family gathering yang seharian heboh dengan ragam permainan seru. Perlu waktu hingga menjelang pukul tiga barulah kami benar-benar melarikan diri dari resort. Ada 11 orang menggunakan 2 mobil, Keluarga Suwanto minus adek kecik, sepasang suami istri yang masih anget-angetnya, sepasang couple dan 4 jejaka dengan status yang belum kutahu :p
Demi naik Gunung Lokon #KenSiPenjelajahKecik dititip ke Bu Nur di kamar sebelah (Maaf ya Dek, Bun belum sanggup bawa Adek mendaki sepagi itu).
![]() |
Medan pendakian Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
![]() |
Vegetasi pegunungan Lokon ©JelajahSuwanto |
Berkendara dari resort ke tempat awal pendakian Gunung Lokon terbilang dekat, sekitar setengah jam sudah termasuk nyasar. Melewati jalan kecil beraspal mulus lalu ketemu sedikit offroad tanah berbatu. Di kesunyian subuh kami berhimpun dalam doa (menurut keyakinan masing-masing) siap mulai pendakian dari desa Kakaskasen.
Mobil diparkir begitu saja di lahan datar yang kira-kira aman. Kala itu belum ada pos pendakian, tak ada biaya apapun untuk mendaki Lokon. (*Sepertinya tahun ini banyak seliweran foto-foto pendakian Gunung Lokon di sosmed, bisa jadi pendakian Gunung Lokon telah dikelola secara profesional.
![]() |
"The summit is what drives us,
but the climb itself is what matters - Conrad Anker” Jalur Pendakian Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
Beriringan kami menelusuri Jalur pendakian Gunung Lokon yaitu sungai Pasapahen, sungai kering bekas aliran lahar. Dasar sungai merupakan batu-batu besar, daerah berpasir, dan sedikit jurang curam. Semak, rumput ilalang serta paku-pakuan membingkai kiri kanan sungai. Hati-hati dengan bebatuan yang permukaannya halus, air dan lumut membuatnya amat licin. Beberapa kali dari kami ada yang terjatuh. So, pastikan memakai alas kaki yang memadai. Kalau terlanjur jalan tanpa persiapan, copot sepatu bertelanjang kaki bisa juga membantu memantapkan pijakan.
![]() |
![]() |
Kaki Gunung Lokon di pinggir kawah Tompaluan ©JelajahSuwanto |
Tentang Gunung Lokon
![]() |
Ngaso di tengah puncak datar antara Kawah Tompaluan dan Gunung Empung ©JelajahSuwanto |
![]() |
Menuju dua pelangi menyeberangi pinggir kawah Tompaluan Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
Sebenarnya saya baru ngeh, ternyata pendakian kami itu belum sampai puncak Lokon. Kami hanya sampai di kawahnya saja yang bernama Kawah Tompaluan di ketinggian 1.130 mdpl. Kawah ini yang menggetarkan hati seperti yang saya tulis di atas. Kawah Tompaluan aktif mengepulkan asap belerang. Posisi kawah Tompaluan diantara Lokon dan Puncak Empung. Dan biasanya para pendaki puas finish sampai di sini.
![]() |
Kepulan asap Kawah Tompaluan Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
![]() |
Kepulan asap yang dulu terlihat dari pesawat itu kini jaraknya dekat saja di mataku ... ©JelajahSuwanto |
Sementara itu Puncak Gunung Lokon masih harus didaki. Gunung Lokon menurut legenda digadang sebagai tempatnya turunnya Dewa. Lokon sesuai arti namanya berarti tertua atau terbesar. Ada juga yang mengartikan sebagai orang tua berbadan besar yang disebut-sebut sebagai Tua Lokon atau Tou Tua Lokon. Puncak Lokon datar dan tidak mempunyai kawah. Lereng menuju puncak didominasi rumput lebat dengan elevasi yang cukup miring dan sempit. Katanya Pulau Bunaken, Gunung Manado Tua, Klabat, dan Soputan bisa terlihat dari Puncak Lokon.
![]() |
What a day... love this Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
![]() |
Sweet escape with friends Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
What a beautiful moment!
Rombongan tiba di kawah hampir pukul 5 pagi. Kepulan asap yang dulu terlihat dari pesawat itu kini jaraknya dekat saja di mataku. Aku bersedekap dalam syukur. Semesta memberi pula dua lengkung pelangi di ufuk langit. Nun di timur, mentari jingga semakin benderang. Betapa indahnya matahari menyapa pegunungan.
![]() |
What a beautiful moment, pelangi penuh di atas kawah Tompaluan Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
![]() |
Tomohon baru saja menggeliat dari tidurnya, pemandangan dari kawah Tompaluan Gunung Lokon ©JelajahSuwanto |
![]() |
Nun di timur, mentari jingga semakin benderang. Betapa indahnya matahari menyapa pegunungan ©JelajahSuwanto |
![]() |
Lengkap, mendaki Gunung Lokon bersama Sulung ©JelajahSuwanto |
Rombongan menuruni Kawah Tompaluan saat mentari mulai hangatkan bumi. Tomohon di bawah sana menggeliat bangun dari mimpinya. Sebelum jam 8 kami muncul di resort tepat waktunya sarapan. Secangkir kopi menyempurnakan sweet escape Gunung Lokon.
Gunung adalah tentang menaklukkan egomu!
Mendaki Lokon rasanya mengembalikan jiwa muda. Ada gelora yang membuncah. Aku menuruni gunung amat riang, loncat dari batu ke batu meninggalkan rombongan di belakang. Lalu entah bisikan roh yang mana, ketika tiba di jeram sungai kira-kira 2-3 meter tingginya alih-alih memutar bantaran sungai Pasapahen egoku lepas kendali. Aku melompat. Dan berhasil mendarat di dasar jeram.
Tapi sesuatu terjadi… Ngilu di pangkal paha meski tak ada luka apapun.
Namanya penyesalan kenapa selalu ada di belakang sih? Sekarang untuk menutupi (lagi-lagi) ego aku duduk terdiam sambil menunggu rombongan lain datang, merasakan perih yang kian menjalar.
![]() |
“Bukan gunung yang harus kita taklukkan, tapi diri kita sendiri” sebab gunung yang paling sulit ditaklukkan adalah gunung batu hatimu! ©JelajahSuwanto |
Sewaktu Pak Suami tiba, tak ingin membuat cemas kucoba berdiri dan jalan pelan-pelan. Jauh dari kata lincah. Merasa benar-benar tak kuat kubisikkan padanya aku butuh ditopang. Aku mengaku dosa pada lelaki yang kini memapahku kalau telah terjadi kekonyolan.
Jadi camkan ini anak muda, “Bukan gunung yang harus kita taklukkan, tapi diri kita sendiri”. Sebab gunung yang paling sulit ditaklukkan adalah gunung batu hatimu!
Begitulah kalau emak-emak lupa sama ‘u’ umur. Puji Tuhan hasil rontgen tidak memperlihatkan patah tulang atau sebangsanya. Tapi dua minggu aku seperti pesakitan mengalami cedera otot parah.
![]() |
Tak ada yang kebetulan dalam hidup, Keluarga Suwanto mengimaninya sebagai penyelenggaran ilahi ©JelajahSuwanto |
Telah
berapa kali Keluarga Suwanto alami, tak ada yang kebetulan dalam hidup, kami
mengimaninya sebagai penyelenggaran ilahi. Seperti pendakian Gunung Lokon kala
itu.
Terima kasih Pak Suami,
sungguh menyenangkan menjelajahi setiap perjalanan bersamamu. Semakin lengkap
bisa mendaki bersama Sulung dan para sahabat di negeri nyiur melambai.
Sumber:
Brigitta Isworo L
(2011, Juli 18). Pusat dan Letusan Berada di Meja Datar [Halaman web]. Diakses
dari
https://regional.kompas.com/read/2011/07/18/02434563/pusat.letusan.berada.di.quotmeja.datarquot?page=all
Wah indah banget gunungnya, iihhh jadi pengin mendaki lagi hehee
BalasHapus