Laman

Rabu, 06 Januari 2021

Situs Ratu Boko Jelajah Keraton Ratu Boko

Keraton Ratu Boko Yogyakarta ©JelajahSuwanto
Situs Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Petang menjelang di kota pelajar. Keluarga Suwanto berkendara santai menyusuri Jalan Solo ke arah Prambanan. Keraton Ratu Boko entah bagaimana menjadi persinggahan kami hari itu. Keraton Ratu Boko atau disebut juga Situs Ratu Boko letaknya memang tak jauh dari Candi Prambanan. Situs Ratu Boko beralamat di Jalan Raya Piyungan-Prambanan KM 2 Gatak, Bokoharjo. Secara administratif situs Ratu Boko berada di dua wilayah yaitu Dusun Dawung, Desa Bokoharjo dan Dusun Sumberwatu, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peta Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Peta Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Fasilitas Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Taman Wisata Keraton Ratu Boko

Situs Ratu Boko yang kini dijadikan Taman Wisata Keraton Ratu Boko memiliki areal seluas 25 hektar. Sebagai tempat wisata, Situs Ratu Boko memiliki fasilitas publik yang cukup lengkap. Tempat parkir, Toko Cinderamata, Plaza Andrawina, Ratu Boko Resto, Kantor, Pusat Informasi tersedia bagi kenyamanan para pengunjung. 


Adapun situs peninggalan Ratu Boko terdiri dari Gapura Kraton Ratu Boko, Candi Pembakaran,  Alun-alun, Batur Paseban, Pendopo Keraton, Keputren atau istana permaisuri dan Goa. Selain itu ditambahkan area kemah dan gardu pandang untuk menambah atraksi wisata. Pengunjung dapat mengenal cagar budaya, melihat atraksi budaya, treking dan berburu spot-spot foto yang indah.


Bentang alam dari perbukitan Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Bentang alam dari perbukitan Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Atraksi budaya di Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Atraksi budaya di Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Situs Ratu Boko


Adalah van Boeckholtz, orang pertama yang menemukan situs Ratu Boko pada 1790. Dan pada 1915 FDK Bosch menyimpulkan bahwa Situs Ratu Boko adalah keraton. Bersumber dari situs kebudayaan kemdikbud, sejarah pendirian dan penggunaan situs Ratu Boko didapat dari beberapa prasasti yang berhasil ditemukan. 
 
Situs Ratu Boko merupakan kompleks reruntuhan dari zaman Rakai Panangkaran dari Wangsa Syailendra. Prasasti tertua berangka 792 masehi menyatakan Situs Ratu Boko mulanya berupa Abhayagiriwihara untuk pendeta budha, sebuah biara di bukit nan damai. Situs Ratu Boko yang memiliki ragam tinggalan cagar budaya ini berdiri di perbukitan Boko di ketinggian 110-229 mdpl. 

Gapura di Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
KenSiPenjelajahKecik di Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Pada temuan prasasti lainnya berangka 856 Masehi menunjukkan pendirian Lingga Krrtivasa, Tryambaka, dan Hara. Pada masa itu Situs Ratu Boko dialihfungsikan sebagai keraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni, seorang penguasa beraliran Hindu. 


Oleh karenanya Situs Ratu Boko merupakan peninggalan cagar budaya bercorak Hindu Budha. 


Corak Budha ditunjukkan oleh arca Budha, reruntuhan stupa dan stupika. Sementara corak Hindu terlihat dari peninggalan yoni, arca ganesha dan durga, miniatur candi, lempengan emas dan perak bertuliskan mantera hindu. 


Di sekitar Situs Ratu Boko juga banyak ditemukan candi, seperti: Candi Ijo, Candi Barong, Candi Dawangsari, Candi Banyunibo dan Situs Watugudig. 


Peninggalan bangunan Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Peninggalan bangunan Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Keraton Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Peninggalan keraton Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Jelajah Situs Ratu Boko


Setelah membayar tiket masuk di loket seharga @ Rp40.000 untuk dewasa dan Rp.20.000 untuk anak-anak, Keluarga Suwanto semangat menjelajahi kompleks keraton Ratu Boko. Berdasar ragam bangunannya, kita akan menjumpai 5 macam peninggalan, yaitu: Gapura, Paseban, Keputren, Pendapa, dan Gua.

 

Bangunan-bangunan yang ada di Situs Ratu Boko didirikan di punggung hingga puncak bukit. Bangunan terletak di 3 teras dengan halaman paling depan berada di area sebelah barat. Pada teras pertama tidak ditemukan lagi bekas reruntuhan kecuali pagar yang yang membatasi teras. Halaman teras pertama dan kedua dihubungkan dengan gapura I. Teras kedua dan ketiga dihubungkan oleh gapura II. Setiap teras dipisahkan oleh pagar batu setinggi 3,5 meter yang terbuat dari batu andesit. 

Loket Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Loket Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Gapura Utama Situs Istana Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Gapura Situs Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Gapura Utama Keraton Ratu Boko

Dari area sebelah barat kita akan masuk melalui gapura utama. Kelompok gapura ini terdiri dari gapura utama I dan II, pagar, candi pembakaran dan sisa reruntuhan. 

Pada Gapura I yang memiliki 3 pintu ditemukan tulisan “Panabwara”. [Berdasar prasasti Wanua Tengah III, Rakai Panabwara adalah keturunan Rakai Panangkaran yang mengambil alih istana.]  Sementara itu setelah gapura kedua yang memiliki 5 pintu, kita akan sampai di area Candi Batu Putih yang bagian atasnya sudah hilang. Dinamakan Batu Putih karena fondasi candi berasal dari batu kapur. 

Gapura Utama Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Gapura Utama Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Candi Pembakaran


Tak jauh berdiri sebuah candi pembakaran yang berbentuk bujur sangkar dan memiliki 2 teras. Candi pembakaran yang terbuat dari batu andesit berfungsi untuk pembakaran jenazah. Hal ini diyakini karena ditemukan abu bekas pembakaran. Candi pembakaran dilengkapi dengan sumur suci yang digunakan untuk prosesi upacara keagamaan. 


Sumur suci ini dinamakan amerta mantana, air suci yang diberi mantera. Airnya konon dipercaya membawa keberuntungan. Air sumur ini biasa dipakai untuk upacara tawur agung sehari sebelum hari raya nyepi oleh penganut agama Hindu.

 

Diingatkan agar pengunjung dilarang memanjat dan dilarang menabur bunga di area candi. 


Candi Pembakaran Situs Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Candi Pembakaran Situs Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Batur Paseban


Kelompok kedua adalah paseban yang dianalogikan dengan bangunan keraton pada masa sekarang. Paseban sendiri merupakan ruang tunggu bagi tamu yang akan menemui raja. Tedapat 2 batur, Paseban Timur (panjang 24,6 m lebar 13.3 m tinggi 1.16m) dan Paseban Barat (panjang 24,42m lebar 13.34m tinggi 0.83m). Dua bangunan paseban tersebut diperkirakan saling berhadapan, namun fungsinya belum dapat diketahui secara pasti.

Gua Wadon Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Gua Wadon Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Gua Lanang dan Gua Wadon Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Gua Lanang dan Gua Wadon Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Gua di Situs Ratu Boko


Pada Situs Ratu Boko ditemukan Gua lanang dan Gua Wadon, bak tandon air dan tangga batu cadas alam. Gua Wadon dinamakan demikian karena terdapat semacam relief yang menggambarkan alat kelamin wanita (lambang yoni) di atas pintunya. Yoni adalah simbol kelamin wanita, biasanya dilengkapi dengan lingga yaitu simbol kelamin laki-laki, yang merupakan salah satu dewa siwa dalam agama hindu. Persatuan antara Lingga dan Yoni menyebabkan kesuburan. Diharapkan daerah sekitar lingga dan yoni menjadi subur dan makmur. Keberadaan gua ini diduga berfungsi sebagai tempat untuk bersemedi.

Tangga batu cadas Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Tangga batu cadas Situs Ratu Boko ©JelajahSuwanto


Legenda Ratu Boko


Penyebutan Ratu Boko berdasar legenda merujuk pada cerita rakyat tentang raksasa pemakan manusia yaitu Prabu Boko. Dahulu kala dikisahkan Situs Ratu Boko adalah keratun Prabu Boko, ayahanda Roro Jonggrang. Prabu Boko setiap hari memerintahkan para prajuritnya mencari manusia untuk santapan. Bila gagal, prajurit yang nahas menjadi gantinya. Penduduk kerajaan yang merasa terancam mencari perlindungan dari kerajaan lain. Raja tetangga yang baik hati kemudian mengirim puteranya, Pangeran Bandung Bondowoso untuk memerangi teror sang prabu. Setelah pertempuran dashyat sepuluh hari lamanya, Prabu Boko tewas. 


Shutle Bus Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Shutle Bus Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto

Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Perbukitan Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto 


Senja di Keraton Ratu Boko


Petang semakin dalam, sebentar lagi berganti senja. Dari ketinggian bukit Boko kami masih dapat menikmati bentang alam, hamparan sawah dan pinggiran kota. Beberapa pesawat lewat, langit terasa dekat. 

Bila beruntung pemandangan senja matahari terbenam dengan latar gapura Keraton Ratu Boko dapat diabadikan. Sayang kali itu gerimis menyapa. Kami tergesa karena panggilan petugas yang mengingatkan Situs Ratu Boko akan segera ditutup. 


Senja di Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto
Senja di Taman Wisata Keraton Ratu Boko ©JelajahSuwanto


2 komentar:

  1. Whaaaaa ngiriiii akuhhh belum sempet aja mau ke sini euy. Padahal dari rumah tinggal ngesot hihihi.. emang ngiler banget pengen foto di sini pas sunsets gitu. semoga kesampean yaa ..
    mosok aku kalah sama turis sih hahahaha

    BalasHapus
  2. Situs Ratu Boko ternyata bagus juga ya. Bersih dan kelihatan terawat. Seneng kalau jalan-jalan di area situs candi di DIY, Jateng. Rata-rata kondisinya masih oke. Pengelolanya termasuk aware dengan situs sejarah.

    BalasHapus