Monumen Yesus Memberkati Manado, Manifestasi Cinta Kasih Ciputra

Monumen Tuhan Yesus Memberkati, Manado suatu pagi
Monumen Tuhan Yesus Memberkati, Manado, early morning || jelajahsuwanto


Selepas jelajah Tomohon pada 2014 lampau, Keluarga Suwanto mengaso di kawasan pertokoan Citraland, Manado. Pandangan kami tertuju pada sebuah patung Yesus Memberkati persis di atas jalan utama. Wajah Yesus dan tanganNYA yang terentang seakan mengajak kian dekat. “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Beberapa tahun kemudian cerita kehidupan membawa kembali Keluarga Suwanto ke kota Manado, ke sebuah tempat di bawah pandang Tuhan Yesus Memberkati. Di sana, di bawah monumen Yesus Memberkati kami mengukir kisah tentang indahnya persahabatan, kerukunan, mimpi-mimpi dan harapan.

Dr. (HC) Ir. Ciputra, Penggagas Monumen Yesus Memberkati Manado

Adalah almarhum Dr. (HC) Ir. Ciputra, penggagas Monumen Yesus Memberkati Manado. Menelusuri kisah pembuatan monumen ini, hormat yang dalam untuk beliau. Bagaimana ungkapan syukur, kedekatan dengan Tuhan dan filantropi-nya Pak Ci termanifestasi dalam Patung Tuhan Yesus Memberkati. Luar biasa.
Share:

Batuangus Boleh Hangus, Tidak Welas Asih

Batuangus Boleh Hangus, Tidak Welas Asih | © JelajahSuwanto
Batuangus Boleh Hangus, Tidak Welas Asih | © JelajahSuwanto

 
Cuaca di utara Sulawesi kadang sulit diprediksi, tentunya hanya buat awam yang bukan ahli BMKG. Pagi itu mentari berseri, hari yang cocok untuk menjelajah. Keluarga Suwanto spontan melaju ke Batuangus. Menurut Google Maps perkiraan waktu tempuh Pantai Batuangus dari Manado kurang lebih 1,5 - 2 jam berkendara. Secara administratif Pantai Batuangus berada di Kelurahan Kawasari, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung.

Jelajahsuwanto kali ini mengambil rute Airmadidi menuju jalan raya Manado-Bitung. Jalanan yang biasa kami lewati dan tetap di hati. Siluet gunung, perbukitan, lambaian nyiur, kelak-kelok dan turun-naiknya terasa selalu baru membuat rindu. Dan jelas pagi itu tak ada yang bisa merusak jelajahmu, ceria laksana surya.

Namun, seperti kubilang, cuaca di utara Sulawesi tak ubahnya hidup. Yang Kuasa punya mau maka terjadilah. Kini di tiga perempat perjalanan, tanpa peringatan kami menyibak tebalnya hujan bulan Desember. Jarak pandang menjadi terbatas. Pak Sopir dan navigatornya yang bawel berjibaku melihat jalan. Sementara dua kakak beradik di bangku belakang terbawa imaji demi melihat wiper yang hilir mudik. Kelewat aneh, kakak beradik bisa plek ketiplek terpesona pada wiper, sedari orok. Ajaib.


Share:

Mahembang yang Terbuang, Degap-degap Rute Makalisung Tondano Manado

Mendaki sembarang bukit di pesisir Minahasa yang eksotis | © jelajahsuwanto
Mendaki sembarang bukit di pesisir Minahasa yang eksotis | © jelajahsuwanto

Ada masanya sosial media menjadi racun jelajah yang paling parah. Mahembang di Instagram begitu elok mengundang. Keluarga Suwanto mufakat menyusur pesisir Minahasa di pagi yang basah itu. Perjalanan sekitar 3 jam Manado, Bitung, Kakas, berakhir gigit jari di gerbang Mahembang.

Mahembang, pantai yang digadang-gadang seperti Bali-nya Minahasa ditutup tanpa alasan jelas. Kami dan satu rombongan yang juga baru sampai tetap dilarang masuk. Biarpun nawar pada penduduk di dekat pos jaga, kalau memang alasannya keselamatan, kami jamin jadi tanggungan pribadi.

Sebenarnya keluarga Suwanto bisa saja nekat keukeuh jalan kaki ke pantai, toh kendaraan diparkir dekat dari lokasi. Hanya saja, kami menghormati penduduk lokal yang tadi bersimpati.
“Jangan, nanti kita kena, dikira nimbun uang dari pengunjung. Ini saja ada yang diam-diam pasang mata”.

Hmm, begitu rupanya. Sangat disayangkan, indikasi salah kelola tersirat kentara.


Share:

KELUARGA SUWANTO

KELUARGA SUWANTO
Keluarga Suwanto di Ranger Station Raja Ampat

Recent Posts

Popular Posts

Label