Tampilkan postingan dengan label Jelajah Minahasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jelajah Minahasa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Juni 2021

Tumbak Minahasa Tenggara, Desa Wisata Suku Bajo, Pesisir Pantai dan Jelajah Pulau

Perairan Teduh Pesisir Tumbak Minahasa Tenggara || ©JelajahSuwanto
Perairan Teduh Pesisir Tumbak Minahasa Tenggara || ©JelajahSuwanto

“Maaf air-nya belum bisa dikasih betul soalnya orang yang bantu so mo siap-siap takbiran. Nanti kalau mau ke kamar mandi naik rakit saja ke rumah, ya.” Begitu kira-kira pesan Bu Nini merespon komplain air yang tak kunjung mengalir di Tumbak homestay. Sungguh lupa meski terbilang dekat dari Manado Jelajah Suwanto sedang menyepi di perkampungan nelayan Bajo. Mayoritas penduduk tentu sedang mempersiapkan diri menyambut hari kemenangan Idul Fitri.

 

Pesisir Tumbak memanjang diantara hijau hutan bakau dan riak laut biru. Entah benar atau tidak, katanya Tumbak adalah akronim dari Tumbuhan Bakau. Perairan Tumbak yang bagian selatannya menghadap laut Maluku dan teluk Sompini di arah timur terlindungi oleh terumbu karang panjang dan beberapa pulau cantik, antara lain Pulau Baling-baling dan Ponteng.

Rabu, 09 Desember 2020

Tahura Gunung Tumpa Nikmati Senja, Paralayang & Konservasi Kawasan Alam Wallacea

Menyaksikan atraksi paralayang di atas langit tahura Gunung Tumpa H.V Worang ©JelajahSuwanto
Menyaksikan atraksi paralayang di atas langit tahura Gunung Tumpa H.V Worang ©JelajahSuwanto

Menjelang pukul 3 petang matahari masih bertaji menyengat sisi bukit di Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Tumpa H.V Worang. Manado memang berlimpah panas mentari. Maka tak heran kalau sulung dan adek kecik kini legam eksotis. Percayalah dahulu kulit mereka serupa langit biru dihiasi putih awan-awan kapas, cerah. Kami mupeng lihat atraksi paralayang atau paragliding di langit Gunung Tumpa.

Beberapa waktu sebelumnya Keluarga Suwanto sengaja menghantar senja dari Gunung Tumpa. Sekarang kami pergi tanpa rencana, cuaca sebagus hari ini harus dirayakan.

Rabu, 01 Juli 2020

Surga di Pantai Paradise Likupang Timur

 

Pantai Paradise Casabaio Likupang Timur
Hening. Hanya suara laut. Pantai Paradise Likupang Timur || JelajahSuwanto


Bapakku yang kupangil Mama, kependekan dari Rama dalam Basa Sunda adalah orang gunung yang pernah terombang-ambing ganasnya ombak laut Banda. Kata Mama “Surga itu bukan tujuan di keabadian nanti. Surga itu saat ini, suatu sikap bukan tempat.” Petuah lelaki dengan rambut gelombang itu selalu hangat untukku, “Teh, surga itu adalah kebahagiaan, harapan dan cinta yang diracik oleh dirimu sendiri. Kemanapun Teteh pergi bawalah serta!” Kini, di sebuah tempat bernama Pantai Paradise, bersama dia partner hidup, kami berbagi surga.

Rabu, 17 Juni 2020

Casabaio Paradise Resort, Staycation Nyaman di Likupang

Ocean View
Senja dari Ocean view Casabaio Paradise Resort || jelajahsuwanto


Malam sebelum weekend escape Jelajah Suwanto, Pak Suami dihubungi oleh customer service (CS) Casabaio Paradise Resort. “Effort-nya CS Casabaio oke juga loh. Mereka sampai DM aku karena teleponnya gak keangkat. Kasih info besok ada acara Kaum Ibu di Likupang, jadi bagusnya kita berangkat pagi biar gak kena macet.”

Sebab orang Jawa ini tra mangarti macam mana acara Kaum Ibu, maka informasi dari CS Casabaio dijalankan dengan kurang siaga.

Keluarga Suwanto baru berangkat dari Manado Pk.10.07 WITA. Pengalaman kami, perjalanan ke Casabaio paling lama 1,5 jam berkendara santai. Jarak tempuh ke hotel tidak terlalu jauh, kurang lebih 56 km saja. Dengan memperhitungkan waktu chek-in di Casabaio Pk.14.00 WITA, rasanya cukup deh. Semacet-macetnya Manado tidak akan makan waktu too much kayak Jakarta.


Selasa, 28 April 2020

Tari Kabasaran Minahasa, Teladan Dedikasi Waraney

Tari Kabasaran untuk Penyambutan Tamu Penting || Jelajahsuwanto
Tari Kabasaran untuk Penyambutan Tamu Penting || Jelajahsuwanto


Matahari kian terik di tanah Malesung, pasukan kesatria muda berkostum merah memekikkan seruan perang dalam bahasa Minahasa. Wajah tampan mereka berubah garang ketika tetamu nampak di muka gerbang. Senyum telah sirna berganti hujaman mata. Melotot, dingin dan seram. Para waraney bergerak mengayunkan senjata, berjingkrak melompat, menghentakkan kaki maju mundur sembari terus berteriak membangkitkan semangat. Anak-anak muda ini tengah menampilkan Tari Kabasaran untuk menyambut jajaran direksi yayasan yang menaungi sekolah mereka.

Tari Kabasaran sejatinya merupakan tarian perang suku Minahasa yang mendiami wilayah Minahasa dan sekitarnya di Provinsi Sulawesi Utara. Tarian ini diperankan oleh beberapa lelaki yang mencitrakan sosok waraney, para kesatria Minahasa yang memiliki sifat tauma dan wuaya, jantan dan berani. Tarian tradisional yang telah berusia ratusan tahun ini tetap lestari mengikuti perkembangan zaman. Hanya saja pada masa sekarang dimana kita sudah merdeka dari perang, Tari Kabasaran dipersembahkan sebagai penyambutan bagi tamu “besar” atau tokoh penting. Selain itu Tari Kabasaran kerap digunakan untuk memeriahkan pesta adat dan hiburan.


Rabu, 29 Januari 2020

Monumen Yesus Memberkati Manado, Manifestasi Cinta Kasih Ciputra

Monumen Tuhan Yesus Memberkati, Manado suatu pagi
Monumen Tuhan Yesus Memberkati, Manado, early morning || jelajahsuwanto


Selepas jelajah Tomohon pada 2014 lampau, Keluarga Suwanto mengaso di kawasan pertokoan Citraland, Manado. Pandangan kami tertuju pada sebuah patung Yesus Memberkati persis di atas jalan utama. Wajah Yesus dan tanganNYA yang terentang seakan mengajak kian dekat. “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Beberapa tahun kemudian cerita kehidupan membawa kembali Keluarga Suwanto ke kota Manado, ke sebuah tempat di bawah pandang Tuhan Yesus Memberkati. Di sana, di bawah monumen Yesus Memberkati kami mengukir kisah tentang indahnya persahabatan, kerukunan, mimpi-mimpi dan harapan.

Dr. (HC) Ir. Ciputra, Penggagas Monumen Yesus Memberkati Manado

Adalah almarhum Dr. (HC) Ir. Ciputra, penggagas Monumen Yesus Memberkati Manado. Menelusuri kisah pembuatan monumen ini, hormat yang dalam untuk beliau. Bagaimana ungkapan syukur, kedekatan dengan Tuhan dan filantropi-nya Pak Ci termanifestasi dalam Patung Tuhan Yesus Memberkati. Luar biasa.

Selasa, 21 Januari 2020

Batuangus Boleh Hangus, Tidak Welas Asih

Batuangus Boleh Hangus, Tidak Welas Asih | © JelajahSuwanto
Batuangus Boleh Hangus, Tidak Welas Asih | © JelajahSuwanto

 
Cuaca di utara Sulawesi kadang sulit diprediksi, tentunya hanya buat awam yang bukan ahli BMKG. Pagi itu mentari berseri, hari yang cocok untuk menjelajah. Keluarga Suwanto spontan melaju ke Batuangus. Menurut Google Maps perkiraan waktu tempuh Pantai Batuangus dari Manado kurang lebih 1,5 - 2 jam berkendara. Secara administratif Pantai Batuangus berada di Kelurahan Kawasari, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung.

Jelajahsuwanto kali ini mengambil rute Airmadidi menuju jalan raya Manado-Bitung. Jalanan yang biasa kami lewati dan tetap di hati. Siluet gunung, perbukitan, lambaian nyiur, kelak-kelok dan turun-naiknya terasa selalu baru membuat rindu. Dan jelas pagi itu tak ada yang bisa merusak jelajahmu, ceria laksana surya.

Namun, seperti kubilang, cuaca di utara Sulawesi tak ubahnya hidup. Yang Kuasa punya mau maka terjadilah. Kini di tiga perempat perjalanan, tanpa peringatan kami menyibak tebalnya hujan bulan Desember. Jarak pandang menjadi terbatas. Pak Sopir dan navigatornya yang bawel berjibaku melihat jalan. Sementara dua kakak beradik di bangku belakang terbawa imaji demi melihat wiper yang hilir mudik. Kelewat aneh, kakak beradik bisa plek ketiplek terpesona pada wiper, sedari orok. Ajaib.


Selasa, 14 Januari 2020

Mahembang yang Terbuang, Degap-degap Rute Makalisung Tondano Manado

Mendaki sembarang bukit di pesisir Minahasa yang eksotis | © jelajahsuwanto
Mendaki sembarang bukit di pesisir Minahasa yang eksotis | © jelajahsuwanto

Ada masanya sosial media menjadi racun jelajah yang paling parah. Mahembang di Instagram begitu elok mengundang. Keluarga Suwanto mufakat menyusur pesisir Minahasa di pagi yang basah itu. Perjalanan sekitar 3 jam Manado, Bitung, Kakas, berakhir gigit jari di gerbang Mahembang.

Mahembang, pantai yang digadang-gadang seperti Bali-nya Minahasa ditutup tanpa alasan jelas. Kami dan satu rombongan yang juga baru sampai tetap dilarang masuk. Biarpun nawar pada penduduk di dekat pos jaga, kalau memang alasannya keselamatan, kami jamin jadi tanggungan pribadi.

Sebenarnya keluarga Suwanto bisa saja nekat keukeuh jalan kaki ke pantai, toh kendaraan diparkir dekat dari lokasi. Hanya saja, kami menghormati penduduk lokal yang tadi bersimpati.
“Jangan, nanti kita kena, dikira nimbun uang dari pengunjung. Ini saja ada yang diam-diam pasang mata”.

Hmm, begitu rupanya. Sangat disayangkan, indikasi salah kelola tersirat kentara.


Selasa, 04 Desember 2018

Jelajah Minahasa, Sempurnanya Wonderful Indonesia!

Kapal bersandar di Pelabuhan Manado terlihat dari Jembatan Soekarno

Keluarga Suwanto tiba di tanah Minahasa pada sebuah malam di penghujung Januari. Ketika Manado, di mana banyak suku Minahasa menetap, tengah menggeliat dari banjir bandang yang tiba-tiba menerjang.  Ketika truk-truk dengan musik rancak, puluhan orang berdiri di atasnya membawa arit, pisau panjang, dan cangkul. Orang-orang dari berbagai pelosok yang dengan tulus tanpa pamrih turun membersihkan bekas banjir di Manado. Sebuah bukti nyata dari “torang samua basodara”, kita semua bersaudara.
Jelajah Minahasa bagi kami merujuk pada keelokan di utara jazirah Sulawesi, meliputi Manado, Tomohon, Minahasa Utara, dan Minahasa Tenggara. Minahasa sendiri adalah salah satu suku terbesar di Sulawesi Utara. Seperti etimologisnya, Mina-Esa berarti “Menjadi Satu”. Demikianlah di tanah Minahasa, Wonderful Indonesia terangkum sempurna menjadi kesatuan yang utuh. Bentang alam, budaya, sejarah, kuliner serta orang-orangnya.

Harmonis saling melengkapi dalam dekat. Birunya gunung gemunung, hijaunya hamparan danau, lazuardi nun di lautan, atau senja keemasan dapat dicapai dalam bilangan jam, kurang dari sebelah jari. Namun, yang susah adalah kembali pulang dari jelajah. Itulah mengapa Minahasa sangat tak biasa.

Rabu, 10 Oktober 2018

Pantai Pal Marinsow, Tertinggal Di Sudut Senja

Pantai Pal Marinsow, Likupang Timur | ©jelajahsuwanto
Pantai Pal Marinsow, Likupang Timur | ©jelajahsuwanto

 
Hiruk pikuk mengoyak kelembutan senja. Seorang ibu berjilbab hilir mudik meneriakkan sebuah nama. Juga, seorang bapak bercelana congkrang menyuarakan nama yang sama. Ya, mereka sepasang suami istri yang sedang mencari buah hatinya di Pantai Pal Marinsow.

“Saya tadi sudah naik di bis, pas mau jalan, baru sadar, anak saya tidak ada,” panik perempuan itu menjelaskan pada pelancong yang ingin tahu.

Satu hal yang harus kamu teladani dari orang Minahasa adalah rasa persaudaraannya. Torang Samua Basudara. Itu bukan slogan belaka, orang Minahasa sungguh menjiwainya. Semua ikut ambil bagian mencari anak yang hilang itu. 

Adalah kawasan pantai berpasir putih. Lazuardi sewarna langit memantul pada maha luas lautan. Rindu Keluarga Suwanto pada aroma laut, debur ombak dan putihnya pantai Sulawesi Selatan terobati di sini. Pantai Pal cukup mendekati keindahan pantai-pantai Bulukumba di Sulawesi Selatan. Di beberapa tempat pasir pantainya landai. Ada pula yang serupa tebing pasir, tempat favorit adek kecik berseluncur penuh keriaan. 

Senin, 05 Februari 2018

Tasik Ria Resort: Sentuhan Klasik yang Hangat



Tasik Ria Resort di waktu senja +jelajahsuwanto

Sore itu Keluarga Suwanto tiba di Tasik Ria Resort. Pak Suami akan menghadiri acara gathering kantornya, sementara saya dan anak-anak nebeng jelajah tipis-tipis. Kesan pertama ketika memasuki pekarangan resort ini adalah klasik dan nyaman. Deretan nyiur membuatnya rindang dan teduh. Apalagi, tak lama senja datang. Kami dapat menikmati momen sunset langsung dari muka kamar. Persis di depannya adalah perairan Pantai Tasik Ria yang tenang.

Tasik Ria Resort mudah ditempuh dari pusat kota Manado. Berlokasi di Teluk Tanawangko, hanya sekitar 45 menit atau berjarak kurang lebih 20km dari kota. Alamatnya tercatat berada di Jl. Raya Trans Sulawesi, Tasik Ria, Mokupa, Tombariri, Manado 95351. Untuk informasi dan reservasi, bisa melalui telepon: +62 431 824445, +62 431 824447, +62 431 824003. Fax: +62 431 823444 dan email: info@tasikria.com.

Minggu, 28 Januari 2018

Pantai Tasik Ria: Senja yang Merona Di Barat Daya Manado


Pantai Tasik Ria, senja yang sempurna +jelajahsuwanto

Semburat lembayung merona di langit utara sebuah tasik. Malu-malu ia bercengkerama dengan surya keemasan. Kami memandangnya dalam diam, tak ingin mengusik perpaduan senja selembut itu. Adalah Pantai Tasik Ria, salah satu tempat dengan pemandangan senja terbaik di Manado.

Weekend escape Jelajah Suwanto kali ini sambil menyelam minum air. Menemani Pak Suami gathering kantor, anak-anak dan emaknya jelajah tipis-tipis. Pantai Tasik Ria tidak terlalu jauh dari rumah ataupun pusat kota Manado. Waktu tempuh berkendara kurang lebih 30 menit atau sekitar 20km menuju barat daya. Lokasinya berada di pinggir jalan raya Trans Sulawesi di daerah Mokupa, Tombariri, Minahasa.

Senin, 28 Agustus 2017

Bukit Pulisan: The View From The Hill Are Breathtaking!


Pemandangan dari Bukit Pulisan, Likupang Timur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara +jelajahsuwanto
Pemandangan dari Bukit Pulisan, Likupang Timur, Minahasa Utara, Sulawesi Utara +jelajahsuwanto


Ikuti hatimu! Bisa dibilang itu adalah falsafah dasar jelajah Keluarga Suwanto. Sejauh ini mengikuti kata hati terbukti akan menuntun, membebaskan dan memberi damai. Seperti jelajah Bukit Pulisan. Kami telah berpamitan pada Pantai Surabaya tengah hari tadi, chek in di Cassabaio dan siap bermain ke Pantai Pal di Desa Pulisan yang terkenal berpasir putih.

“Ayah pernah lewat jalan ini, waktu kalian belum datang ke Manado,” sembari menyetir Pak Suami bercerita.
“O ya? terus apa yang ada di sana?”, balasku antusias. “Jalannya mentok, terus Ayah balik arah. Kita coba lagi yuk?”

Seketika semangatku menular pada anak-anak di jok belakang. Mereka bersorak gembira. Ayo menjelajah!

Rabu, 17 Mei 2017

Danau Tondano Masih Kelabu Pesonamu

Kelabu sehabis hujan Danau Tondano, Tondano, Sulawesi Utara +jelajahsuwanto
Danau Tondano, Tondano, Sulawesi Utara; Kelabu sehabis hujan +jelajahsuwanto

“Tahukah kamu mas, apa danau terluas di Provinsi Sulawesi Utara?”, tanyaku memecah gerimis. Sabtu siang itu, Keluarga Suwanto kembali napak tilas menyusuri jalur Air Madidi menuju Tondano. 

“Aku tahu, pasti Danau Tondano”, jawab si Mas dengan mantap.
Yess, seratus buat kamu Mas”, aku menimpalinya senang.

Ini adalah kedua kalinya kami mengunjungi Tondano. Suasananya nyaris sama dengan kunjungan kami yang pertama, hujan. Ah Tondano, tak maukah kau bersahabat denganku?

Selasa, 21 Maret 2017

Danau Linow, Kumpulan Air dan Kepingan Surga

Danau Linow, Tomohon, Sulawesi Utara; Kepingan surga +jelajahsuwanto
Danau Linow, Tomohon, Sulawesi Utara; Kepingan surga +jelajahsuwanto

Hari menjelang senja ketika Keluarga Suwanto memandang jauh ke seberang danau. Pemandangan alam yang luar biasa bukan? 
Gubuk-gubuk kecil nun di sana, kepulan asap belerang dan dinding hutan hijau. 
Hati mana yang tak luluh melihat keagungan Sang Kuasa.

Ayah, sementara aku katakan Danau Linow lebih keren dari danau di New Zealand”, kataku terpesona sambil tetap memandang jauh ke seberang danau.
Baiklah, sampai kita membuktikannya sendiri”, timpalnya. Kurasa, si Ayah juga terpukau.
 
Bau belerang tercium samar-samar ke tempat kami duduk. Padi yang tengah menghijau, pohon-pohon pisang, ladang dan ternak sapi menandakan kehidupan para petani. Ada tangan-tangan penuh harapan yang merawat alam menjadi sesubur itu.

Entah mengapa ada perasaan damai, betah sekali memandangnya.

Rabu, 23 September 2015

Serba Serbi Jelajah Manado, Itinerary 3 Malam 3 Pagi 2 Siang



Pemandangan Gunung Lokon yang terletak antara Tomohon-Manado diambil dari Pesawat
Gegara Air Asia promosi tiket Makassar – Manado dengan harga menggoda, Keluarga Suwanto sepakat untuk menjelajahi Manado pada awal 2014. Hanya Rp.199.000,- saja pemirsah ... bayangkan . .
Tiket sudah dipesan sekitar 6 bulan sebelum keberangkatan. Kami mendapat tanggal yang available: pergi 30 Januari  dan pulang 2 Februari 2014. 

Dengan penuh semangat kami hunting info tentang Manado dan hotel untuk menginap. Beruntungnya saya, ada kawan baik di Manado, Sir Art Merung. Segera saya menghubunginya. Keperluan sewa mobil dan rekomendasi tempat wisata selama di Manado sudah diserahkan pada ahlinya. 
Selanjutnya Aston Manado Hotel menjadi pilihan kami selama 3 malam. Beres!. Tinggal menunggu hari "H"

Rabu, 17 Juni 2015

Bukit Doa Tomohon: Untaian Litani Syukur Tiada Henti

Selamat pagi Manado. 

Keluarga Suwanto menyambut Pagi pertama di Manado dengan penuh sukacita. Hari ini kami akan diajak menjelajah kota Tomohon. Tempat pertama yang diagendakan adalah Bukit Doa Tomohon.

Perjalanan menuju Bukit Doa Tomohon diperkirakan dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Kota Manado. Jalan menuju Tomohon mendaki, berkelak-kelok, dan ruas jalannya terhitung sempit. Namun kali ini, Ayah bebas tugas dari menyetir, sudah diserahkan pada ahlinya, Om Sandy, kawan baru dari Manado.

Sepertinya khasnya perjalanan menuju pegunungan, di sepanjang Manado-Tomohon ini pun kita akan dimanjakan dengan hijau segarnya alam.
Rumah adat di tengah hijaunya alam, dalam perjalanan Manado - Tomohon  +fotojelajahsuwanto+
Dari ketinggian dapat pula terlihat Kota Manado dengan latar belakang laut dan Gunung Manado Tua.
Gunung Manado Tua +fotojelajahsuwanto+

Bukit Doa Tomohon atau dikenal juga dengan nama Jalan Salib Mahawu berada di Kaki Gunung Mahawu, Desa Kakaskasen II, Tomohon Utara. Terdapat dua pintu Masuk untuk menuju Bukit Doa. Pertama bisa dengan jalan kaki melalui jalur Jalan Salib Mahawu.