Tampilkan postingan dengan label Wonderful Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wonderful Indonesia. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 September 2019

Friwen Raja Ampat, It's Serendipity!

Tiada yang lebih baik dari rasa syukur, sekalipun hanya singgah di suatu tempat tanpa rencana.
Boleh jadi kamu berjumpa serendipity, kebetulan yang menghangatkan!

 
Menenangkan diri di perairan teduh Friwen, Distrik Waigeo Selatan, Raja Ampat ©jelajahsuwanto
Menenangkan diri di perairan teduh Friwen, Distrik Waigeo Selatan, Raja Ampat ©jelajahsuwanto

 
Kamu tahu apa itu serendipity?  Ser.en.dip.i .ty | discovery of something fortunate: the accidental discovery of something pleasant, valuable or useful. Bagiku, Friwen adalah serendipity. Lihatlah langit di atas sana, sendu kelabu. Tadinya ingin kurekayasa foto ini untuk menunjukkan betapa anggunnya Friwen. Air yang tenang, sayup desir angin, pasir putih nan lembut. Namun, aku akan kehilangan kisah bila kulakukan itu.

Selasa, 04 Desember 2018

Jelajah Minahasa, Sempurnanya Wonderful Indonesia!

Kapal bersandar di Pelabuhan Manado terlihat dari Jembatan Soekarno

Keluarga Suwanto tiba di tanah Minahasa pada sebuah malam di penghujung Januari. Ketika Manado, di mana banyak suku Minahasa menetap, tengah menggeliat dari banjir bandang yang tiba-tiba menerjang.  Ketika truk-truk dengan musik rancak, puluhan orang berdiri di atasnya membawa arit, pisau panjang, dan cangkul. Orang-orang dari berbagai pelosok yang dengan tulus tanpa pamrih turun membersihkan bekas banjir di Manado. Sebuah bukti nyata dari “torang samua basodara”, kita semua bersaudara.
Jelajah Minahasa bagi kami merujuk pada keelokan di utara jazirah Sulawesi, meliputi Manado, Tomohon, Minahasa Utara, dan Minahasa Tenggara. Minahasa sendiri adalah salah satu suku terbesar di Sulawesi Utara. Seperti etimologisnya, Mina-Esa berarti “Menjadi Satu”. Demikianlah di tanah Minahasa, Wonderful Indonesia terangkum sempurna menjadi kesatuan yang utuh. Bentang alam, budaya, sejarah, kuliner serta orang-orangnya.

Harmonis saling melengkapi dalam dekat. Birunya gunung gemunung, hijaunya hamparan danau, lazuardi nun di lautan, atau senja keemasan dapat dicapai dalam bilangan jam, kurang dari sebelah jari. Namun, yang susah adalah kembali pulang dari jelajah. Itulah mengapa Minahasa sangat tak biasa.

Minggu, 06 Desember 2015

Taman Prasejarah Leang Leang: Menelisik Jejak Prasejarah Dari Masa Ribuan Tahun Silam

Perlu ruang informasi yang lebih menarik bagi pengunjung Taman Prasejarah Leang Leang | © JelajahSuwanto
Perlu ruang informasi yang lebih menarik bagi pengunjung Taman Prasejarah Leang Leang   | © JelajahSuwanto


Memasuki jalan desa menuju Taman Prasejarah Leang Leang memang terasa sempit. Namun ia membelah pesawahan yang tengah ranum berbulir padi. Belum lagi, tebing-tebing karts berbalut hijau pepohonan anggun mengelilingi kompleks cagar budaya. Di tengah harmoni megahnya gugusan karts dan keheningan alam kita akan dibawa pada sebuah situs prasejarah dari masa ribuan tahun silam. 

Papan petunjuk Taman Prasejarah Leang Leang tertangkap mata saat Keluarga Suwanto hendak arisan di Taman Nasional Bantimurung. 
”Kalau nggak kesorean kita ke sana ya.” Ajakku pada ketiga lelaki tercinta itu. “Okeeee” jawab mereka serempak.

Matahari nyaris di penghujung barat ketika petugas Taman Prasejarah Leang Leang menyambut kami. “Sebelum Magrib biasanya sudah tutup, Bu. Mari silakan melihat-lihat”.  

Itu berarti masih ada 1,5 jam. Ayo menjelajah!