Semua bermula setelah tanjakan itu. Lelah menapaki undak-undakan Londa, gubuk peristirahatan kecil menarik kami. Di sanalah, semesta memeluk mimpi-mimpimu. Seorang Ibu dan kerabatnya tiba sementara kami mengaso. Mereka pun ngos-ngosan. Percakapan khas ibu-ibu meluncur begitu saja. Lalu, entah kebetulan yang mana Ibu setengah baya itu mengundang Keluarga Suwanto untuk datang ke pesta Rambu Solok keluarganya. Kami memang ingin sekali menyaksikan upacara sakral itu.
Apa itu Rambu Solok?
Rambu Solok adalah upacara
adat kematian suku Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan. Ritual upacara
penyempurnaan kematian ini bisa jadi yang paling meriah dan mahal di Indonesia.
Seorang kawan Toraja pernah mengatakan upacara kematian Rambu Solok merupakan yang terpenting dari rentang kehidupan
seorang Toraja. Bahkan melebihi upacara kegembiraan, Rambu Tuka. Megah dan meriahnya Rambu Solok menentukan status
sosial keluarga yang merayakan.
Hiruk pikuk Rambu Solok di Rantepao Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Melihat betapa kompleksnya ritual adat Rambu Solok tentu acara seperti ini tidak sering diselenggarakan. Terkadang sejak hari kematian upacara ini baru bisa digelar setelah tempo berminggu, bulan, bahkan tahun. Sampai keluarga yang ditinggalkan memiliki cukup dana untuk menyelenggarakannya.
Oleh karena itu bagi pelancong seperti jelajahsuwanto, suatu keberuntungan dapat menyaksikannya secara langsung. Bisa memang minta informasi dan panduan guide dari Tourist Information, tapi ya, tentu tidak gratis. Kalau tidak salah dengar untuk turis yang ingin melihat upacara ini harus membayar kisaran 300-500 ribu rupiah.
Sungguh istimewa bagi Keluarga Suwanto dapat menghadiri upacara Rambu Solok di Rantepao.
Rambu Solok Saling Menolong dan Bergotong Royong
Upacara Rambu Solok yang
kami hadiri digelar di sebuah tanah luas dinamakan rante. Melewati bentang
alam pedesaan Toraja yang luar biasa, jalanan menanjak dan cukup tricky. Sempat si black metalic berdecit-decit di tanjakan tanah. Syukurlah,
masyarakat sigap membantu. Seperti halnya juga pada upacara Rambu Solok, warga
setempat, kerabat dan handai taulan, semua
saling menolong dan bergotong royong.
Pemandandan bentang alam Tana Toraja sebelum menuju rante tempat Rambu Solok di Rantepao || jelajahsuwanto |
Bu Desi tangan semesta
yang membawa kami berkisah untuk upacara Rambu Solok para kerabat datang menyumbangkan
kerbau, babi atau uang kepada keluarga yang berduka. Hewan yang telah diterima
akan dihitung oleh keluarga disaksikan aparat desa dan masyarakat adat. Sumbangan
ini dicatat sebagai ‘utang’ keluarga almarhum (mendiang). Utang ini nantinya akan
dikembalikan bila keluarga penyumbang tadi mengadakan Rambu Solok.
Memasuki rante kami
takjub dengan kemeriahannya. Seperti sebuah festival. Banyak sekali orang,
ornamen adat dan ritual budaya.
Hitam dan merah adalah warna dominan di sana. Selain itu kerbau dan babi yang telah disembelih menjadi
pemandangan tak terhindarkan. Saya yang tak kuat lihat darah harus
menahan-nahan diri melawan mual.
Kerbau atau tedong sebagai sumbangan untuk upacara Rambu Solok Tana Toraja || JelajahSuwanto |
Kepala babi di upacara Rambu Solok Tana Toraja || JelajahSuwanto |
Babi sebagai sumbangan untuk upacara Rambu Solok Tana Toraja || JelajahSuwanto |
Bu Desi menjamu kami
selayaknya keluarga. Ia juga membawa keluarga Suwanto berkenalan dengan sanak
kerabatnya di lantang-lantang mereka.
Lantang
adalah semacam bilik-bilik dari bambu yang diperuntukkan bagi para tamu. Ada
nomor-nomor yang di pasang di muka lantang. Bentuknya seperti rumah panggung
yang panjang dan bersekat-sekat. Karena Rambu solok bisa berlangsung beberapa
hari, lantang ini menjadi tempat tinggal sementara bagi para tamu yang datang.
Mereka menginap hingga upacara Rambu Solok usai.
Lantang untuk para tamu selama prosesi Rambu Solok di Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Suasana di atas lantang saat Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Upacara Rambu Solok Bagi Suku Toraja
Suku Toraja meyakini
sebelum terjadinya Rambu Solok, orang yang sudah meninggal belum benar-benar ‘mati’.
Mendiang dianggap sebagai orang sakit sehingga masih diperlakukan selayaknya
masih hidup. Kebiasaan mendiang tetap dijalankan, misalnya disediakan makanan,
minuman, juga diajak bicara & ditemani.
Jenazah mendiang yang telah diberi
cairan khusus dibaringkan di tempat tidur di sebuah tongkonan. Lamanya disimpan
tergantung sampai kapan keluarga mampu menyediakan segala keperluan prosesi adat Rambu Solok ini.
Tau-tau Oma Martha, Prosesi Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Rambu
Solok menjadi sebuah bentuk penghormatan sekaligus mengantar arwah mendiang
menuju alam roh. Puya. Itulah tujuan terakhir manusia, sebuah alam keabadian
bersama para leluhur.
Konon dipercaya keseluruhan prosesi adat ini turut menentukan
posisi arwah mendiang. Apakah akan menjadi bombo (arwah gentayangan), to-membali
puang (arwah yang mencapai tingkat dewa) atau menjadi deata (dewa pelindung). Itulah mengapa,
Rambu Solok menjadi begitu penting dan seperti sebuah kewajiban bagi para
keluarga yang ditinggalkan.
Keluarga
Toraja akan semaksimal mungkin mengadakan Rambu Solok sebagai tanda pengabdian pada orang tua yang telah meninggal.
Prosesi Rambu Solok
Keluarga
Suwanto tiba di tengah prosesi penerimaan tamu ketika jenazah sudah berada di rante. Bila sesuai tradisi
leluhur prosesi Rambu Solok sangat kompleks dan rumit. Ada 7 tahapan katanya.
Tetapi
kini sejak masuknya Kristen, Katolik dan Islam di Tana Toraja, prosesinya
dipangkas menjadi empat. Adalah Mapalao (pemindahan
jenazah menuju tongkonan di pusat prosesi), penerimaan tamu, penyembelihan
kerbau, dan terakhir penguburan.
Tempat prosesi Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Mapalao
Rangkaian
prosesi adat dimulai ketika jenazah dipindahkan ke tongkonan pertama tempat ia
berasal atau tongkonan tammuon. Di
tongkonan ini disembelih seekor kerbau untuk kurban. Di hari kedua, jenazah
akan dipindahkan ke tongkonan di tempat yang lebih tinggi, tongkonan barebatu. Seekor kerbau dipersembahkan kembali.
Di hari
berikutnya, usai kebaktian dan makan siang akan dilakukan pengarakan jenazah
menggunakan keranda khas Toraja bernama duba-duba. Jenazah kembali dipindahkan
dari tongkonan barebatu menuju rante. Jenazah akan dibaringkan di lakkian sebuah menara yang paling
tinggi diantara lantang-lantang. Seperti halnya lantang, lakkian juga terbuat
dari bambu, namun berbentuk tongkonan, rumah adat Toraja. 2 ekor kerbau akan
dipersembahkan di sini.
Lakkian, sebuah menara yang paling tinggi diantara lantang-lantang berbentuk tongkonan pada upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Dari
yang diceritakan, saya membayangkan perarakan itu berlangsung sakral dan megah.
Berurutan orang dengan gong yang sangat besar, umbul-umbul atau tompi saratu, barisan tedong, para
wanita dari keluarga mendiang menarik lamba-lamba, lalu terakhir para
lelaki mengusung duba-duba.
Lamba-lamba adalah kain merah panjang yang
letaknya di depan duba-duba.
Penerimaan Tamu Rambu Solok
Selepas
prosesi Mapalao keluarga menyambut penerimaan tamu. Bunyi lesung yang ditabuh
sejumlah wanita menjadi tanda kedatangan tamu.
Sanak keluarga mendiang Oma
Martha datang dari berbagai daerah. Anak-anak Oma sudah banyak yang
merantau. Kami sempat bertegur sapa dengan keluarga dari Makassar, Palembang, Bekasi
Barat, dan Papua. Dengan saudara kandung Oma Martha pun kami bertukar salam. Beliau
seorang wanita toraja yang hangat dan menawan.
Tabuh lesung sebagai tanda menyambut penerimaan tamu pada prosesi Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Mengantar hidangan untuk menjamu para tamu dalam rangkaian Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Penerimaan
tamu akan terus dilakukan hingga semua tamu datang dan ditempatkan di
lantang-lantang yang telah dipersiapkan. Kepada para tamu dipersembahkan hidangan
dan aneka hiburan. Diantaranya adalah adu kerbau atau Ma’pasilaga Tedong. Acara ini menjadi primadona karena selalu
ditunggu-tunggu masyarakat Toraja.
Tanduk-tanduk kerbau itu akan dipasang di
tongkonan mendiang.
Derajat sosial masyakarat Toraja dapat dilihat dari
tingginya susunan tanduk-tanduk tedong di tongkonan mereka. Adu kerbau akan
berlangsung setiap sore hingga hari penguburan tiba.
Ma’pasilaga Tedong sebagai hiburan untuk para tamu dalam rangkaian upacara adat Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Ma'badong
Selain Ma’pasilaga
Tedong, masih terdapat beberapa pertunjukan, seperti tarian dan persembahan
musik. Kami menyaksikan Ma’badong, satu tarian yang dilakukan secara
berkelompok. Para penari, pa’badong yang
berpakaian merah dan hitam membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan.
Mereka melantunkan alunan kidung yang menggambarkan sejarah hidup mendiang.
Kadong-kadong atau syair yang dilagukan menceritakan asal-usul, serta segala
hal terpuji menyangkut mendiang. Disematkan pula harapan agar mendiang
dengan segala kebaikannya dapat memberkati orang-orang yang masih
hidup.
Ma’badong untuk menghibur para tamu dalam rangkaian Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Sendratasik untuk menghibur para tamu dalam rangkaian Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Iringan suling Lelaki Toraja untuk menghibur para tamu dalam rangkaian Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Penyembelihan Kerbau
Ritual
khas Toraja ini berupa penyembelihan dengan sekali tebasan pada leher
kerbau. Kemudian daging kerbau akan dibagi-bagikan kepada mereka yang hadir. Ma’tinggoro Tedong, demikian bahasa
Toraja-nya. Mereka percaya mendiang memerlukan banyak kerbau agar perjalanannya
cepat tiba ke puya.
Kerbau tidak bisa
dipisahkan dari ritual Toraja.
Kerbau adalah penentu strata sosial. Semakin
banyak kerbau yang dikurbankan, semakin tinggi pula derajat sosialnya. Bangsawan
Toraja bisa mengurbankan 24 hingga 100 ekor tedong untuk upacara ini. Tidak
heran harga si tedong di sini sangat fantastis, puluhan hingga ratus juta rupiah.
Apalagi kalau tedong bonga, kerbau berwarna bule. Kayaknya kalau jadi peternak kerbau
di Toraja bakal kaya raya deh...
Tedong Bonga, Kerbau tidak bisa dipisahkan dari ritual Toraja. Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Penguburan
Tahapan terakhir
dari prosesi Rambu Solok adalah penguburan. Keselamatan arwah mendiang di Puya
sangat tergantung dari terpenuhinya syarat-syarat adat. Bekal kubur, korban
persembahan tedong, serta perlakuan khusus terhadap mendiang.
Di Tana Toraja kuburan biasanya berupa bukit-bukit batu, bukan di bawah tanah. Jenazah
akan disemayamkan di liang batu. Orang dengan kedudukan tinggi akan dikuburkan
di tempat yang paling tinggi.
Penguburan jenazah di liang batu, Upacara Rambu Solok Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Keluarga Suwanto
tidak turut menyaksikan prosesi penguburan Oma Martha. Kami hanya melewatkan
setengah hari yang luar biasa, dari siang hingga menjelang maghrib. Begitu banyak hal yang dapat kami lihat, dengar dan rasa.
Rambu Solok adalah
warisan tradisi leluhur yang adiluhung. Harus tetap dimuliakan dan dirawat,
diteruskan kepada generasi - generasi yang akan datang.
Lain waktu ketika ada
kesempatan menyapa Toraja kembali, suami dapat sedikit mengabadikan prosesi
penguburan adat Toraja. Siang itu hujan, namun perarakan jenazah menuju bukit batu
tetap berlangsung khidmat. Sayup, syair-syair dalam bahasa Toraja mengantar jenazah ke peristirahatan terakhirnya. Para lelaki mengangkat peti
jenazah untuk dimasukkan ke liang batu.
Prosesi Penguburan Rambu Solok di Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Tak salah jika Rambu Solok menjadi wishlist atraksi budaya jelajahsuwanto. Ketika jelajah Tana Toraja dimulai terucap
harap dapat menyaksikan kemegahan upacara ini.
Bagaimana bisa
seseorang nun dari Palembang tergerak hati mengajak pasangan Jawa & Sunda (yang
baru saja ia temui) datang ke prosesi sakral Rambu Solok keluarganya?
Adalah kebetulan
yang tepat waktu.
Terima kasih Bu Desi, sebuah kehormatan bagi keluarga Suwanto
dapat berbaur dan menjalin persaudaraan di pelosok Rantepao, Toraja Utara.
Terima kasih semesta, terima kasih Bu Desi kami boleh menyaksikan Rambu Solok di Rantepao Tana Toraja || jelajahsuwanto |
Mbak Sri...Saya takjub bacanya!
BalasHapusMenjadi saksi acara Rambu Solok, prosesi kematian yang menjadi bagian terpenting dari kehidupan orang Toraja pasti berkesan sekali. Semoga prosesi seperti ini akan terus ada dan lestari sehingga anak cucu kita bisa ikut menyaksikan dan mempelajari maknanya
Luar biasa, Mbak Dian. Sangat berkesan.
HapusAmin, semoga tetap lestari sebagai warisan bagi generasi mendatang.
Whuaa Indonesia mah jangan ditanya soal tradisi ya, banyak banget salah satunya ya Rambu solok ini. Saya pikir awalnya ini di daerah Sumatera ada nama soloknya ternyata di Sulawesi Selatan.
BalasHapusMakasih sudah mampir di jelajahsuwanto Mbak Dwi. Indonesia memang kaya tradisi. Iya, itu nulisnya ada yang solo’ ada juga solok. “K”nya buat penekanan kali ya😁
HapusRambu Solok ini memakan banyak biaya yah mba, makanya bisa sampai tahunan baru di selenggarakan. Saya punya teman asli Toraja, bisa ratusan juta bahkan ada yang milyaran katanya. Tapi ini sudah tradisi dan adat istiadat dari leluhur, mau bagaimana lagi. Tapi saya pribadi justru pengen banget melihat langsung. Seru kayaknya, hihihi
BalasHapusPasti biayanya ndak sedikit buat acara semegah itu, Mbak. Amin, semoga bisa kesampaian menyaksikan langsung ya, Mbak HeNee😍😇
HapusRambu Solok budaya suku Toraja yang patut dilestarikan. Wah keren nih mb bisa menghadirinya. Suiiipp...
BalasHapusIyees beruntung sekali kami😍🙏
HapusTerima kasih sudah mampir di jelajahsuwanto, ya.
Beruntung bisa menyaksikan Rambu Solok ini ya mba, saya jadi tahu dari kecipratan membaca dan membayangkan prosesinya dari foto.
BalasHapusBetul, jelajasuwanto memang beruntung😍😁
HapusLain waktu semoga bisa melihat dari langsung Mbak Primastuti.
Terima kasih sudah singgah di jelajahsuwanto ya😍
Tradisi di Indonesia memang luar biasa unik. Beruntung banget Mbak, bisa menyaksikan langsung. Wah, aku pasti melongo kalau berada di sana saking takjubnya.
BalasHapusAhahaha, iya melongoo😁
HapusMemang luar biasa Indonesia kita😍
Dari dulu kepengin banget bisa traveling ke Tana Toraja. Seru banget ya. Wah jadi semakin mupeng hihi.
BalasHapusAyook, Mbak Steffi. Ndak bakal nyesel traveling ke Tana Toraja😍 recommend
HapusMbak Sri tinggal di Sulawesi kah mbak? Bagaimana caranya bisa diundang ke acara Rambu Solok ini ya mbak?
BalasHapusBtw ulasannya suangatt komplit, saya jadi serasa ikut di acara tersebut.
Nice review mbak. 👍😗
Kala itu tinggal di Makassar, Mbak. Memang wishlist untuk jelajah Toraja. Mumpung lagi di Sulsel, kan😁
HapusNah, bagaimana bisa diundang, saya pun ndak tahu, hanya bisa bersyukur atas kebaikan semesta. Sebuah kebetulan, Mbak Nanik.
Terima kasih sudah membaca blog jelajahsuwanto ya😍🙏
Wah serunya jalan-jalan ke sana Mba. Gimana ceritanya Mba kok bisa jalan-jalan ke sana? Foto-fotonya bagus lagi ☺️
BalasHapusIyaap seru Bunda Erysha, memang sudah rencana mau jelajah toraja. Mumpung stay di sana.
HapusFotonya hasil karya pak suami itu, bagi tugas😁
Wah mirip sama ngaben di Bali kali ya mba .. megah dan sangat sakral. Beruntung sekali dirimu bisa menyaksikannya for free hehhe.
BalasHapusNgaben aku malah lom pernah tahu, Mbok.
HapusMirip ya?
Ahahaha bagian for freenya ini lho, sukaa sekali saya😁 Beruntung pokokna mah😍
Bagus sekali ulasannya Mbak. Indonesia memang kaya budaya ya. Keren sekali. Budaya tana toraja ini pun menarik. Apalagi sy tak banyak tahu ttg budaya di provinsi lain. Yuk kenalkan pada dunia, budaya di Indonesia
BalasHapusHalooooo mba Sri apa kabar? Hehehe cerita kali ini tidak kalah kece dengan cerita yg sebelumnya. Selamat udah bis liat prosesi adat ini sya entah kapan hahahahaha
BalasHapusBerbicara tentang kebudayaan memang seru ya mbak. Sepertinya zaman dulu hartanya berlimpah dan suka sedekah. Lihat saja ini prosesinya menghabiskan dana yang luar biasa banyak. Mereka meninggalkan warisan yang sarat makna berbagi yg luar biasa. Terimakasih mbak informasi nya
BalasHapusBeruntung banget Mbak bisa menyaksikan langsung prosesi adat luar biasa ini.
BalasHapusMakasih bu,tulisannya sngt membantu aplg utk sy yg sngt minim pengetahuan😘😘 love u😘
BalasHapus