Unaccompanied Minor, Dukung Anak Berani Terbang Sendiri

 
Young Traveler dengan Unaccompanied Minor +jelajahsuwanto


“Bunda, nanti jangan nangis ya, nanti Mas malu kalo bunda nangis”
Whaaat …  Itulah yang dikatakan anak lelakiku yang baru saja berusia 11 tahun, saat kami mengantarnya ke Bandara. Ia akan terbang solo pertama kalinya dari Makassar tujuan Yogyakarta. 

Kelak, engkau akan tahu rasanya khawatir setelah menjadi orang tua, Nak.

Libur sekolah telah tiba. Ajakan menjelajah Bromo dari tantenya yang tinggal di Yogyakarta rupanya membakar keberanian anak lelakiku. Dia setuju terbang sendiri dari Makassar. Sebagai Ibu, saya mendukung keputusannya. Namun tetap saja perasaan khawatir itu datang tanpa diminta.

Berhubung ini adalah terbang perdananya, maka kami memastikan ia terbang dengan aman dan nyaman. Kami memilih Maskapai Garuda Indonesia.
Sehari sebelum keberangkatan, kami mendatangi Counter Garuda di Jl. AP. Pettarani Makassar untuk chek in. Ternyata, bagi anak-anak yang melakukan perjalanan tanpa didampingi orang tuanya akan dilayani sebagai Unaccompanied Minor (UM). Kami diarahkan agar langsung saja ke Counter Customer Service Garuda Indonesia di Bandara, 2 jam sebelum terbang. 


Share:

Puntondo, Nuansa Syahdu Pesisir Teluk Laikang

salah satu nature wisdom
dari PPLH Puntondo
Tidak mau kalah dengan para suami yang subuh – subuh sudah punya agenda gowes Makassar–Puntondo, para ibu dan pasukan krucils keukeuh  membuntuti. Dari kata orang, Pantai Puntondo ini cantik dan indah, oleh karena itu kami begitu bersemangat. 

Bebatuan di laut puntondo
Meeting point kami dengan para suami ditetapkan di PPLH (Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup) Puntondo. Menurut leaflet yang diterbitkan PPLH, jarak tempuh Makassar – Putondo sekitar 60 km. Tetapi sepertinya lebih jauh dari itu, kami merasa tidak sampai-sampai. Hampir 3 jam kami berkendara. Memang dasarnya baru berangkat dari Makassar sekitar pukul sembilan WITA, makanya tak perlu heran jika para goweser malah lebih dulu tiba. 

Kompleks PPLH berada di pesisir Teluk Laikang. Tepatnya di Dusun Laikang, Mangarabombang, Takalar, Sulawesi Selatan. Begitu memasuki Laikang, hiruk pikuk poros Sungguminasa-Takalar langsung meruap, digantikan kesederhanaan pesisir. Ruas jalan menyempit, ditambah beberapa lubang yang cukup dalam. Ban mobil kami sempat selip.
Share:

Bukit Doa Tomohon: Untaian Litani Syukur Tiada Henti

Selamat pagi Manado. 

Keluarga Suwanto menyambut Pagi pertama di Manado dengan penuh sukacita. Hari ini kami akan diajak menjelajah kota Tomohon. Tempat pertama yang diagendakan adalah Bukit Doa Tomohon.

Perjalanan menuju Bukit Doa Tomohon diperkirakan dapat ditempuh sekitar 1 jam dari Kota Manado. Jalan menuju Tomohon mendaki, berkelak-kelok, dan ruas jalannya terhitung sempit. Namun kali ini, Ayah bebas tugas dari menyetir, sudah diserahkan pada ahlinya, Om Sandy, kawan baru dari Manado.

Sepertinya khasnya perjalanan menuju pegunungan, di sepanjang Manado-Tomohon ini pun kita akan dimanjakan dengan hijau segarnya alam.
Rumah adat di tengah hijaunya alam, dalam perjalanan Manado - Tomohon  +fotojelajahsuwanto+
Dari ketinggian dapat pula terlihat Kota Manado dengan latar belakang laut dan Gunung Manado Tua.
Gunung Manado Tua +fotojelajahsuwanto+

Bukit Doa Tomohon atau dikenal juga dengan nama Jalan Salib Mahawu berada di Kaki Gunung Mahawu, Desa Kakaskasen II, Tomohon Utara. Terdapat dua pintu Masuk untuk menuju Bukit Doa. Pertama bisa dengan jalan kaki melalui jalur Jalan Salib Mahawu.
Share:

Senja di Pulau Liukang Loe


Senja di Pulau Liukang Loe     +fotojelajahsuwanto+

Sore itu setibanya kami di Bira, Bu Riswan, istri pemilik Riswan Guest’s House merekomendasikan untuk terlebih dahulu mengunjungi Pulau Liukang Loe. Kami bisa menikmati matahari senja yang akan segera masuk ke peraduannya. Sekaligus makan siang yang tertunda di Pulau.

Pak Bahri, rekanan Riswan’s Guest House membawa kami dengan perahu motor menuju Pulau Liukang Loe. Pulau tersebut tepat di seberang Pantai Tanjung Bira. Diperlukan waktu sekitar 15 -20 menit dan tigaratus ribu rupiah untuk sampai di sana pulang pergi. 

Share:

Gua Batu Bantimurung: Terbawa Imajinasi

Gua Batu, Bantimurung: Seberkas cahaya  +fotojelajahsuwanto
Ketika memutuskan pergi ke Bantimurung, dalam benak kami, hanya air terjun saja yang akan dijumpai. Ternyata, selain ruahnya air terjun yang membuih dan pepohonan rindang di dinding karts, ada banyak hal lagi yang dapat dijelajahi. 
Dari papan informasi, diketahui ada Gua Batu, Danau Kassi Kebo dan Gua Mimpi.
Maka, siang itu keluarga Suwanto memutuskan untuk menjelajahi terlebih dahulu Gua Batu dan Danau Kassi Kebo. Mari kita menjelajah, sons!

Gua batu berjarak kurang lebih 800 meter dari air terjun. Menaiki tangga beton yang cukup lumayan hosh hosh, petualangan dimulai. 
Gua Batu, Bantimurung: Menaiki tangga  +fotojelajahsuwanto 

Pengelola sudah menyiapkan track untuk memudahkan pengunjung sampai di Gua Batu berupa jalan setapak yang sudah ditembok. Namun kala itu, ada juga yang masih jalan tanah, mungkin karena longsor. Ikuti saja jalan itu, sudah pasti kita tidak akan tersesat.
Di perjalanan ini, kami hanya berpapasan dengan sepasang bule kakek nenek yang begitu gesit dan sepasang pribumi. Mungkin, belum banyak pengunjung yang tertarik dengan wisata semi hiking ini.
Share:

Air terjun Bantimurung: Mari "Ngadem"

Panasnya Makassar membuat kami senang sekali jika bertemu air. Apalagi ini air yang melimpah ruah dan bening. Air yang turun dari bukit-bukit karts, Byurrr. Sekali cebur, lupa diri, lupa waktu.

Air Terjun Bantimurung: sejuk +fotojelajahsuwanto

Air terjun Bantimurung terletak di kompleks Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Lokasi ini dapat ditempuh sekitar 1 jam berkendara dari Makassar.
Air Terjun Bantimurung: bermain air  +fotojelajahsuwanto
Share:

KELUARGA SUWANTO

KELUARGA SUWANTO
Keluarga Suwanto di Ranger Station Raja Ampat

Recent Posts

Popular Posts

Label